BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah upaya
sadar dan tanggung jawab untuk memelihara membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan peserta didik agar ia memiliki makna dan
tujuan hidup yang hakiki.Sementara proses pendidikan bertujuan untuk menimbulkan perubahan perubahan yang
diinginkan pada setiap peserta didik.
Dalam prosesnya,
pendidikan Islam menjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang hendak dicapai
dalam program dan di proses dalam produk kependidikan Islam.
Untuk mengetahui
ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu evaluasi. Dengan evaluasi, maka suatu
kegiatan dapat di ketahui atau ditentukan tarap kemajuannya.berhasil atau
tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat di lihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkannya.
Dalam pendidikan Islam
evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus
di lakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk menngukur
keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan
proses pembelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian evaluasi pendidikan Islam?
2.
Apa
tujuan evaluasi pendidikan Islam?
3.
Apa
yang menjadi objek dalam evaluasi pendidikan Islam?
4.
Apa
saja jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui apa pengertian dari evaluasi pendidikan Islam.
2.
Untuk
mengetahui tujuan dari evaluasi pendidikan Islam.
3.
Untuk
mengetahui apa yang menjadi objek dalam evaluasi pendidikan Islam.
4.
Untuk
mengetahui apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah
evaluasi berasal dari bahasa inggris,Evaluation, yang berarti penialaian dan
penaksiran. Dalam bahasa arab, dijumpai istilah imtihan, yang berarti ujian,
dan khataman yang berarti cara menilai akhir dari sebuah proses kegiatan.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat,namun pada dasarnya sama,hanya
berbeda dalam redaksinya saja.
Oemar malik
mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap
kemajuan,pertumbuhan,dan perkembangan
peserta didik untuk tujuan pendidikan. Kemudian menurut M. Chabib Thoha,
evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
Menurut
Soegarda Poerbawakatja dalam “Ensiklopedi pendidikan” menguraikan pengertian
pendidikan yang lebih luas, sebagai ‘semua perbuatan dan usaha dari generasi
tua untuk mengalihkan pengetahuan,pengalaman,kecakapan sastra keterampilannya
kepada generasi muda,sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi
hidupnnya baik jasmaniah maupun rohaniah.
Jika kata
evaluasi di hubungkan dengan kata pendidikan maka dapat di artikan sebagai
proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah
yang berkaitan dengan pendidikan,untuk itu evaluasi pendidikan tidak hanya
menilai tentang hasil belajar siswa tersebut ,seperti evaluasi terhadap
guru,kurikulum,metode,sarana prasarana,lingkungan dan sebagainya.
Dari beberapa
pendapat, dapat di tarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu proses dan
tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan,pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan
(pendidikan),sehingga dapat disusun penilainnya yang dapat dijadikan dasar
untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu
aktifitas secara spontan dan insedental melainkan merupakan kegiatan untuk
menialai sesuatu yang terencana,sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.
Oleh karna itu
yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah
keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana
keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan
dari pendidikan Islam itu sendiri.
B.
Tujuan
Evaluasi Pendidikan Islam
Tujuan evaluasi
adalah mengetahui kadar/ukuran pemahaman anak didik terhadap materi
pelajaran,melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali
materi yang telah diberikan. Selain itu program evaluasi bertujuan untuk
mengetahui siapa yang lemah,sehingga diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya.
Sasaran
evaluasi tidak hanya bertujuan mengevaluasi anak didik saja,tetapi juga
bertujuan untuk mengevaluasi pendidik yang sejauh mana ia bersungguh-sungguh
dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Menurut Abdul
Mujib dkk,tujuan evaluasi adalah:
1.
Mengetahui
kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan
mengajak peserta didik untuk mengingatkan kembali materi yang telah dibearikan
dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya.
2.
Mengetahui
siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,sehingga yang lemah
diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya.
3.
Mengumpulkan
informasi yang dapat di pergunakan sebagai dasar untuk mengadakan pengecekan
yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah dicapai untuk kemudian
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
4.
Untuk
mengetahui tingkat efektifiats dari metode-metode yang telah dipergunakan
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
5.
Untuk
mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan
dalam mengikuti program pendidikan,sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar
atau cara-cara perbaikannya.
Sebagaimana
yang terdapat pada ajaran Islam,tujuan evaluasi dapat di pahami berdasarkan
ayat al-qur’an antara lain sebagai berikut:
Untuk
mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan. Wahyu yang telah
diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya:
øÎ)tA$s%4ÓyqãBÿ¾Ï&Î#÷dL{þÎoTÎ)àMó¡nS#uä#Y$tR/ä3Ï?$t«y$pk÷]ÏiBAy9s¿2÷rr&Nä3Ï?#uä5>$pkŶÎ/<§t6s%ö/ä3¯=yè©9cqè=sÜóÁs?ÇÐÈ
Artinya : “(ingatlah) ketika musa berkata kepada keluarganya:
“Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepadamu khabar
daripadanya,atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang.”
(QS. An-Naml : 7)
Abudin Nata
menambahkan bahwa,evaluasi bertujuan mengevaluasi pendidik,materi
pendidikan,dan proses penyampaian materi pelajaran.
Sedangkan menurut
Anas Sudijono dalam bukunya, “Pengantar evaluasi pendidikan” menyatakan bahwa
tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan yaitu:
a.
Untuk
memperoleh data yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan
tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
b.
Untuk
mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan
dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Sehingga dapat di
ketahui sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode pengajaran yang
di terapkan.
c.
Untuk
merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
Dalam pendidikan
Islam tujuan evaluasi lebih di tekankan pada penguasaan sikap (afektif dan
psikomotorik) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik yang meliputi sikap dan pengalaman terhadap
hubungan pribadinya dengan tuhannya, terhadap arti hubunngan dirinya dengan
masyarakat, serta sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba
allah,anggota masyarakat serta khalifah adalah SWT.
C.
Objek
Dalam Evaluasi Pendidikan Islam
Objek evaluasi
Pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik. Sementara dalam
arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik.
Peserta didik disini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata,
tetapi juga sebagai subjek evaluasi.
Oleh karena itu,
evaluasi pendidikan Islamdilakukan dengan dua cara yaitu: pertama, evaluasi
atas diri sendiri (selfevaluation/muhasabah), kedua, evaluasi
terhadappeserta didik. (Ramayulis, 2009 : 237).
1. Evaluasi atas diri sendiri (self evaluation /muhasabah)
Seorang muslim termasuk peserta didik yang sadar dan baik adalah mereka
yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai kelebihan yang harus
dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi, karena
evaluasi diri sendiri bersifat lebih objektif.
Hal ini ditegaskan dalam Alquran surat Adz-Dzariat (51) ayat 21 : وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَ تُبْصِرُونَ
Artinya: “Dan pada diri kamu kamu sendiri maka mengapa kamu tidak mau
melihat dan memikirkannya?”
Umar bin Khattab pernah mengatakan hasibuanfusakum qabla an tuhasabu (evaluasilah
diri kamu sendiri sebelum kamu mengevaluasi orang lain). Manusia dituntut untuk
waspada dalam melakukan berbagai perbuatan karena semua perbuatan manusia tidak
lepas dari evaluasi Allah serta dua malaikatsebagai supervisor dan evaluator
yaitu Raqib dan‘Atid berdasarkan surat Albaqarah (2) ayat 115:
¬!urä-Ìô±pRùQ$#Ü>ÌøópRùQ$#ur4$yJuZ÷r'sù(#q9uqè?§NsVsùçmô_ur«!$#4cÎ)©!$#ììźurÒOÎ=tæÇÊÊÎÈ
“Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat maka dimanapun kamu menghadap maka
disanalah wajahAllah sesungguhnya Allah Maha luas limpahan Rahmat dan
Karunianya lagi Maha Mengetahui.”
Dan juga terdapat pada surat Qaf (50) ayat 18:
$¨BàáÏÿù=t`ÏB@Aöqs%wÎ)Ïm÷ys9ë=Ï%uÓÏGtãÇÊÑÈ
Artinya: “Tidak ada
satu perkataan yang dilafazkan melainkandisisinya terdapat malaikat Raqib dan
‘Atid yang siapmenuliskan segala perbuatannya.”
2. Evaluasi terhadap peserta didik
Evaluasi ini harus disertai niat “ Amar Ma’rufNahi Munkar” yang
bertujuan memperbaiki (ishlah)bagi tindakan orang lain, serta untuk
terlaksananyasuatu tujuan pendidikan Islam sesuai dengan tuntunan Alquran dalam
surat Al’Ashr (103): ayat 3 :
wÎ)tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uä(#qè=ÏJtãurÏM»ysÎ=»¢Á9$#(#öq|¹#uqs?urÈd,ysø9$$Î/(#öq|¹#uqs?urÎö9¢Á9$$Î/ÇÌÈ
Artinya: “Kecuali
orang-orang yang beriman dan ber’amalshalih saling menasihati untuk kebenaran
dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Ada satu asumsi bahwa
dalam kondisi tertentu, seseorang terkadang lepas kendali, sehingga ia
melakukan tindakan tidak dalam kesadarannya yang hakiki, karena terpengaruh
oleh emosi dan sifat subjektivitasnya. Pada saat inilah, orang lain mudah
menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut, sedangkan pelaku sendiri tidak
mengerti apakah tindakannya itu benar atau salah. Pengevaluasian dari orang
lain (pendidik) dalam hal ini lebih bersifat komparabel, menilai anak didik
secara jelas dan jawaban yang salah segera dibenarkan bukan dibiarkan
berlarut-larut, sehingga anak didik tetap tenggelam dalam kebimbangan,
kebodohan dan tidak dapat melangkah yang lebih maju.
D.
Jenis-Jenis
Evaluasi Pendidikan
Jenis-jenis
evaluasi yang
dapat diterapkan dalam
pendidikan Islam ada beberapa macam yaitu :
1.
Evaluasi formatif
Evaluasi
ini digunakan untuk mengetahuihasil belajar yang dicapai anak didik setelah
iamenyelesaikan program dalam satuan bahanpelajaran pada suatu bidang studi
tertentu.Evaluasi ini
dipandang sebagai “ulangan”
yangdilakukan pada setiap akhir penyajian satuanpelajaran atau modul.
Tujuannya adalah untukmemperoleh umpan balik yang mirip denganevaluasi
diagnostik (penjelasannya akan dijelaskanselanjutnya) yakni mendiagnosis
(mengetahuipenyakit/kesulitan) belajar siswa. Hasil diagnosiskesulitan belajar
tersebut digunakan sebagaibahan pertimbangan rekayasa pengajaran
remidial(perbaikan). (Muhibbinsyah, 2000: 200). Asumsiyang mendasari evaluasi
ini adalah bahwa manusiadalam hal ini peserta didik mempunyai banyakkelemahan (QS.4:
28) .
“Diciptakan manusia dalam keadaan lemah.” Danpada
mulanya tidak mengetahui apa-apa Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibu-ibukamu sedangkan kamu tidak mengetahui apa-apa.”
Sehingga pengetahuan, keterampilan dan sikaptidak akan
lebih abadi bila pengetahuan,keterampilan dan sikap itu tidak dibiasakan.
Untukitu Allah Swt meganjurkan agar manusiaberkonsentrasi pada suatu informasi
yang didalamisampai tuntas, mulai proses pencarian (belajar-mengajar) sampai
pada tahap pengevaluasian.Setelah informasi itu dikuasai dengan sempurna,
iadapat beralih pada informasi yang lain.
Dalammelaksanakan evaluasi formatif, seorang
pendidikperlu memperhatikan beberapa aspek evaluasi jenis ini, yaitu :
a. Aspek fungsi,
yaitu untuk memperbaiki prosesbelajar mengarah ke arah yang lebih baik danefisien.
b. Aspek tujuan,
yaitu mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik tentang bahanpendidikan
yang diajarkan dalam satu programsatuan satuan pelajaran serta sesuai
atautidaknya dengan tujuan.
c. Aspek yang
dinilai, yaitu untuk mengetahuiaspek-aspek yang dinilai pada penilaianformatif,
meliputi, tingkat pengetahuan pesertadidik, keterampilan dan sikapnya ketika
dansetelah proses pembelajaran dilaksanakan.
2. Evaluasi Sumatif.
Yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasilbelajar
peserta didik setelah mengikuti pelajarandalam satu catur wulan, satu semester
atau akhirtahun untuk menentukan jenjang pendidikanberikutnya. Evaluasi sumatif
ini dapat dianggapsebagai “ ulangan umum” yang dilakukan untukmengukur kinerja
akademik atau prestasi belajarsiswa pada akhir periode pelaksanaan
programpengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan padasetiap akhir semester atau
akhir tahun ajaran.Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenaikinerja
akademik siswa dan bahan penentu naiktidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
(Muhibbinsyah, 2003 : 200-2001). Asumsi evaluasiini adalah bahwa segala
sesuatu termasuk pesertadidik diciptakan mengikuti hukum bertahap. Setiaptahap
memiliki satu tujuan dan karakteristiktertentu.(Ramayulis, 2003 : 242). Satu
tahapanyang harus diselesaikan terlebih dahulu untukkemudian beralih ke tahapan
yang lebih baik. (QS.84 : 19).
Sesungguhnya kamu akan melalui tingkat (tahap)demi
tahap dalam kehidupan.”
Dalam melaksanakan evaluasi sumatif, seorangpendidik perlu memperhatikan
beberapa aspekevaluasi jenis ini yaitu :
a. Aspek fungsi, yaitu untuk menentukan angkaatau nilai peserta didik
setelah mengikuti programbahan pelajaran dalam satu catur wulan atausemester.
b. Aspek tujuan, yaitu mengetahui taraf hasilbelajar yang dicapai oleh
peserta didik setelahmenyelesaikan program bahan pelajaran dalamcatur wulan,
semester, akhir tahun atau akhirprogram pelajaran pada suatu unit
pendidikantertentu.
c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahuiaspek-aspek yang dinilai atas kemajuan
hasilpelajaran meliputi pengetahuan, keterampilan,sikap dan penguasaan peserta
didik tentang materiyang diberikan. (Harahap, tt : 26).d. Waktu pelaksanaan,
yaitu untuk mengetahuikapan sebaiknya penilaian dilaksanakan, apakahsebelum,
ketika proses belajar berlangsung atauakhir proses pembelajaran.
3. Evaluasi penempatan (placement)
Yaituevaluasi yang dilakukan sebelum peserta didikmengikuti proses belajar
mengajar untukkepentingan penempatan pada jurusan ataufakultas yang diingini.
Asumsi yang mendasarievaluasi ini bahwa setiap manusia dalam hal inipeserta
didik memiliki perbedaan-perbedaan danpotensi khusus. Perbedaan ini
kadang-kadangmerupakan kelebihan atau kelemahan. Masing-masing perbedaan harus
ditempatkansebagaimana seharusnya, sehingga kelebihanindividu dapat berkembang
dan kelemahannyadapat diperbaiki. Firman Allah dalam surat al-Isra’ayat 84:
ö@è%@@à2ã@yJ÷èt4n?tã¾ÏmÏFn=Ï.$x©öNä3/tsùãNn=÷ær&ô`yJÎ/uqèd3y÷dr&WxÎ6yÇÑÍÈ
“Tiap-tiap orang berbuat berbuat
menurut keadaannya masing-masing.”
Dalam melaksanakan evaluasi placement,seorang pendidik perlu
memperhatikan beberapaaspek evaluasi jenis ini, yaitu :
a. Aspek fungsi, yaitu untuk mengetahui potensi,kecenderungan kemampuan
peserta didik dankeadaan pribadinya agar dapat ditempatkan padaposisinya.
Umpamanya, anak yang berbadan kecil jangan ditempatkan di paling belakang,
tetapisebaiknya di depan agar ia tidak mengalamikesulitan mengikuti proses
pembelajaran. Begitupula kasus penempatan jurusan tertentu. DiMadrasah Aliyah,
umpamanya, peserta didik yangberbakat Ilmu Pasti jangan ditempatkan
pada jurusan Bahasa, sebab akan mengalami hambatandalam menerima pelajaran
lebih lanjut. Banyak lagimasalah-masalah lain yang harus diperhatikandalam
penempatan peserta didik.
b. Aspek tujuan, yaitu menempatkan peserta didikpada tempat yang sebenarnya
berdasarkan bakat,minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaan diri anak
sehingga anak tidak mengalamihambatan dalam mengikuti pelajaran atau
setiapprogram/bahan yang disajikan pendidik. (Harahap,tt : 6).
c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahuikeadaan fisik dan psikis, bakat,
minat,kemampuan, pengetahuan, pengalaman,keterampilan, sikap dan aspek-aspek
lain yangdianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anakselanjutnya.
Kemungkinan penilaian ini dapat jugadilakukan setelah anak mengikuti pelajaran
selamasatu catur wulan, satu semester, atau satu tahunsesuai dengan tujuan
lembaga pendidikan yangbersangkutan.
d. Aspek waktu pelaksanaan, yaitu untukmengetahui kapan sebaiknya
dilaksanakanpenilaian penempatan ( placement ), apakahsebelum
anak mengikuti proses pembelajaran atausetelah mengikuti pendidikan di suatu
tingkatpendidikan tertentu.
4. Evaluasi diagnostik
Yaitu evaluasi yangdilakukan terhadap hasil penganalisaan tentangkeadaan
belajar peserta didik, meliputi kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui
dalamsituasi belajar mengajar. Asumsi yang mendasarievaluasi ini adalah bahwa
pengalaman pahit masalalu dapat dijadikan guru untuk memperbaiki masadepan.
Setiap kegiatan dalam proses pembelajarantidak terlepas dari kesulitan dan
hambatan yangdihadapi, maka ia akan memperoleh kemudahandalam kegiatan
berikutnya. Menurut Muhibbinsyah(2003 : 200), evaluasi ini dilakukan
setelahpenyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuanmengidentifikasi
bagian-bagian tertentu yangbelum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi jenis
inidititikberatkan pada bahasan tertentu yangdipandang telah membuat siswa
mendapatkankesulitan.Dalam Islam, banyak Firman Allah yangmengisyaratkan asumsi
ini, seperti peringatanAllah dalam kisah-kisah kaum terdahulu yanghancur
dikarenakan membuat kesulitan dan tidakmampu menyelesaikan kesulitannya (QS.
Al-Hasyr :18)
“ Dan hendaknya setiap diri memperhatikan(mengevaluasi)apa
yang telah diperbuat untukhari esok.”
Dalam melaksanakan penilaian diagnostik,seorang
pendidik perlu memperhatikan beberapaaspek evaluasi jenis ini yaitu :
a. Aspek fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang menganggu peserta
didik yangdapat mempersulit dan menghambat prosespembelajaran, baik dalam satu
bidang studitertentu atau keseluruhan bidang studi. Setelahmengetahui penyebab
kesulitan terjadi, laludiformulasikan usaha pemecahannya.
b. Aspek tujuan, yaitu membantu kesulitan ataumengatasi hambatan yang dialami
peserta didikwaktu mengikuti kegiatan belajar pada satu matapelajaran atau
keseluruhan program pengajaran.
c. Aspek yang dinilai, yaitu untuk mengetahui hasilbelajar yang diperoleh
peserta didik, latar belakangkehidupannya dan semua aspek yang
menyangkutkegiatan belajar.
d. Aspek waktu pelaksanaan, yaitu untukmengetahui kapan diperlukan pembinaan
yangtepat dalam rangka meningkatkan mutupengetahuan peserta didiknya.
Menurut Muzayyin,
meskipun dalam sumber ilmu pendidikan Islam klasifikasi jenis penilaian diatas
tidak ditemukan secara eksplisit, namundalam praktek dapat diketahui bahwa
padaprinsipnya jenis penilaian tersebut seringkaliditemukan. (Muzayyin, 1991 :
246). Disamping itudalam pendidikan Islam seorang pendidik bisa sajamengadopsi
hal-hal yang positif yang datang dariluar untuk diterapkan pula dalam
pendidikan Islamselama yang diadopsi tersebut tidak bertentangandengan prinsip
kependidikan dalam Islam.
5. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini
sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasipenguasaan siswa atas materi lama yangmendasari materi baru
yang akan diajarkan.Contoh, evaluasi penguasaan penjumlahanbilangan sebelum
memulai pelajaran perkalianbilangan, karena penjumlahan merupakanprasyarat atau
dasar pekalian.6. Ujian Akhir Nasional (UAN)yang dulu disebut EBTANAS bahkan
sekarang diganti menjadi UjianNasional (UN) pada prinsipnya sama denganevaluasi
sumatif dalam arti sebagai alat penentukenaikan status siswa. Namun UAN
yangdiberlakukan mulai tahun 2002 itu dirancang untuksiswa yang telah menduduki
kelas tertinggi padasatu jenjang pendidikan tertentu seperti jenjangSD?MI,
SLTP/MTs, dan sekolah-sekolah menengahyakni SMA dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evaluasi dalam pendidikan Islam
adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan
nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri.
Tujuan evaluasi
adalah mengetahui kadar/ukuran pemahaman anak didik terhadap materi
pelajaran,melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali
materi yang telah diberikan. Selain itu program evaluasi bertujuan untuk
mengetahui siapa yang lemah,sehingga diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya.
Objek evaluasi Pendidikan Islam dalam arti yang umum
adalah peserta didik.
evaluasi pendidikan Islam dilakukan dengan dua cara yaitu : pertama, evaluasi
atas diri sendiri (selfevaluation/muhasabah), kedua, evaluasi
terhadappeserta didik.
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam ada beberapa macam yaitu:1.Evaluasi formatif.
2.Evaluasi Sumatif.3. Evaluasi penempatan ( placement ) 4. Evaluasi
diagnostik5. Evaluasi Prasyarat.
B . Saran
Dengan kita mengetahui apa itu evaluasi pendidikan islam , tujuan, objek
juga jenis-jenisnya semoga pendidikan islam dapat terevaluasi dengan baik dan
benar dan semoga kita dapat mengambil manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,H.M.Ilmu Pendidikan Islam.Radar Jaya Offset,Jakarta:1994